KASIHAN! Detik-detik Menegangkan Bentrok TNI vs Petani Desa, Warga: Tolong Kami, Masyarakat Dipukuli

NKRIku.com – Kericuhan antara personel TNI AD dengan petani di Desa Sei Tuan, Pantai Labu, Deliserdang menggegerkan publik.

Cekcok antara dua kubu pun tak terelakkan.

Kericuhan ini terjadi saat pihak TNI kembali mengklaim bahwa persawahan yang dikuasai oleh masyarakat adalah milik Pusat Koperasi Angkatan Darat (Puskopad) A Dam I/BB.

Inilah detik-detik anggota TNI AD cekcok dengan para petani.

Kericuhan ini direkam oleh akun Facebook bernama Samarya Uyee Samarya Parbellakk hingga viral di media sosial.

Informasi yang dihimpun keributan terjadi karena saat itu pihak TNI AD melakukan pemasangan plang di lokasi tersebut.

Dikutip dari Tribun-Medan.com, kericuhan yang awalnya terjadi di jalan desa lama kelamaan sampai memasuki area persawahan.

Beberapa personel TNI terlihat berlumpur karena terlibat keributan dengan masyarakat di area persawahan yang baru beberapa hari ditanami.

” Tolong….tolong kami. Tuhan Tolong kami masyarakat dipukuli,” ucap pemilik akun Facebook tersebut sembari menayangkan video siaran langsung.

Namun masyarakat tidak mau bergeser lantaran lahan sudah dikuasai dari zaman kakek neneknya.

“Sesudah jadi bandara ini mereka ngaku-ngaku HGU nya ini. Dulu-dulu nggak pernah diperdebatkan dijaman kakek saya. Semenjak ada bandara ininya seperti ini,” ucap Parningotan Marbun.

Selain itu, 98 % dari mereka berkerja sebagai petani, hanya dua persen saja yang bekerja sebagai nelayan.

Konflik yang terjadi ini ternyata sudah lama terjadi dan sampai saat ini kedua belah pihak masih mengklaim masing-masing kepemilikan.

Kepala Desa Sei Tuan, Parningotan Marbun menyebut, pihak Puskopad sudah lama meminta agar warga mengosongkan lahan pertanian seluas 65 hektare.

Namun masyarakat tidak mau bergeser lantaran lahan sudah dikuasai dari zaman kakek neneknya.

“Sesudah jadi bandara ini mereka ngaku-ngaku HGU nya ini. Dulu-dulu nggak pernah diperdebatkan dijaman kakek saya. Semenjak ada bandara ininya seperti ini,” ucap Parningotan Marbun.

Ia mengaku sangat menyayangkan kericuhan yang terjadi pada Selasa (4/1/2022) pagi tersebut.

Disebut dalam kejadian itu tiga anak-anak juga menjadi korban.

Ia menyebut karena dipijak oknum TNI korban pun harus dibawa berobat.

Atas insiden itu pihaknya akan melaporkan ke Komnas Perlindungan Anak.

“Anak-anak masih SMP dan 13 tahun jadi korban. Karena masyarakat saya dipijak ya saya juga nggak terima. Ini kita mau ngadu ke Komnas Perlindungan Anak juga ini supaya tahu Bapak Aris Merdeka Sirait. Ya saya nggak tahu kenapa bisa sampai gitunya kali, ya mungkin emosi TNI nya,” kata Parningotan.

Parningotan menyebut seharusnya pihak TNI berkoordinasi terlebih dahulu dengan pemerintah desa sebelum melakukan aksinya.

“Apapun ceritanya harus kordinasi dulu baru bertindak. Saya Kepala desa pernah memang diundang cuma saat itu mereka maunya harus mereka yang punya tanah sementara masyarakat ini menyewa sama mereka. Kapan mereka butuh bisa diambil. Minta Supaya dikosongkan masyarakat mana mau,” katanya.

Sementara itu, Kasi Media Online Mayor Inf Masniar saat dikonfirmasi menyatakan, pihaknya masih mendalami kebenaran informasi tersebut.

“Info sementara tadi ada pemasangan patok lahan puskopad memang, masyarakat yg ribut keras duluan tapi kita tunggu aja lagi nanti ya,” demikian tulis Mayor Inf Masniar lewat layanan perpesanan instan WhatsApp.(***)

Comments


EmoticonEmoticon